Sunday 6 November 2016

Kamu Tetap Mengesankan Meski Tak Mampu Kupertahankan

Ingatkah kamu betapa Iucunya kita waktu itu? Aku bahkan tidak berani menatap matamu. Meski dalam hatiku ingin sekali kukatakan betapa cantiknya kamu. Aku diam-diammenenangkan diriku sendiri. Membuat semuanya seolah sedang biasa saja. Satu hal yang tak kamu tahu, sebenarnya begitu hebat gejolak di dadaku. Duduk berdua denganmu menghabiskan jam-jam istirahat sekolah membuatku begitu betah. Lucu memang, kita bisa menghabiskan waktu berlama-lama tanpa bicara apa-apa. Aku terlalu grogi untuk sekadar mengatakan aku cinta. Terlalu gamang memanggil mu dengan sebutan sayang.

Diam-diam di malam-malam yang semakin larut, sering aku tidak bisa tidur. Aku sedang memikirkan: sedang apakamu? Apa kamu juga sedang memikirkan hal yang sama? Apa kamu juga selalu bahagia seperti yang aku rasakan? Jujur saja, aku jadi rajin datang ke sekolah. Lebih rajin merapikan diri sebelum berangkat. Agar kamu senang bertemu denganku. Meski saat kita bertemu kita harus sama-sama tersipu malu. Kadang, teman-teman kita usildengan menertawai kita. Sungguh, sebenarnya aku bahagia saat orang-orang menertawakan kita. Bagiku segala hal balk yang mereka ucapkan adalah doa. Kita akan saling cintaselamanya. Begitu dalam dulu aku mencintaimu.

Kamu mulai menceritakan apa saja yang ingin kamu capai. Kamu membagi rahasia-rahasia dan impianmu. Kamu ingin menjadi ini. Kamu ingin datang ke suatu tempat terjauh. Aku mendengarkanmu. Mengamini segala impianmu. Lalu, dalam hati pelan-pelan kurapalkan doa. Semoga nanti semua itu terwujud bersamaku. Aku ingin kamu ke kota impianmu denganku. Aku ingin mengarungi jalan dan tantangan hidupmu bersamaku. Begitu indah dan tak pernah kubayangkan semuanya akan selesai sudah. Kamu orang yang mengajarkan aku cara rindu tanpa pernah paham cara pelukan. Kamu orang yang mengajarkan aku cara cemburu tanpa pernah mampu mengutarakan.

Setelah sekian lama tidak bertemu, aku rindu kepadamu. Kadang berpikir, mengapa dulu kita seegois itu? Mengakhiri hubungan yang belum terlalu lama kita jalani. Aku tidak bisamenahan diri untuk mengendalikan perasaan. Atau, mungkin kamu yang juga belum paham cara memiliki seseorang dengan kedewasaan. Kini, aku ingin tahu kabarmu. Sedang apa kamu di sana? Sudahkah kamu capai semua impian yang dulu kuamini dalam doa? Siapa orang yang kini mencintaimu sepenuh jiwa? Andai waktu bisa kuulang lagi, aku inginmemelukmu lebih lama. Lalu mengatakan, tetaplah baik­baik saja. Tetap menjadi orang yang kukenal gigih dengan impiannya. Jika nanti kita tak pernah bersama, ingatlah kita pernah begitu lucu saat saling jatuh cinta. Bagaimana pun kamu cinta pertama yang mengesankan, meski akhirnya kita tak pernah mampu untuk saling mempertahankan.





Boy Candra | 27/02/2015

Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

No comments:

Post a Comment