Sunday 6 November 2016

Cukup, Lukanya cukup !

Setiap kali bertemu kamu lagi, aku selalu berpikirberkali-kali. Semoga aku tidak jatuh hati lagi kepadamu.Semoga tidak ada lagi perasaan rindu yang dulu membuatku susah tidur, tidak selera makan, dan sebagainya. Aku selalumenanamkan kepada diriku agar tidak mengulangi hal-hal yang dulu ada. Meyakinkan kepada hatiku bahwa semuanya memang sudah tiada. Aku ingin terus melanjutkan langkahku. Aku ingin terus berjalan setelah jauh menguburmu bersama ingatan. Semua yang pernah ada biarlah tertinggal di sana. Bagiku, saat ini cukup aku yang begini saja.

Aku tidak bermaksud membencimu. Juga tidak pernah berniat untuk dendam kepadamu. Aku hanya membenci diriku ketika tiap kali bertemu kamu masih menyimpan rasa di dada. Aku masih saja tak mampu menatap matamu sebagai mata orang lain. Aku masih saja tidak bisa bicara kepadamu dengan nada suara untuk orang lain. Itulah mengapa setiap kali bertemu kamu, aku selalu memperpendek waktu. Aku memilih mencari alasan. Memilih berbohong kepadamu agar pertemuan kita tidak berlangsung lama.

Setiap kali bertemu kamu lagi, aku selalu memperbaiki raut wajah berkali-kali. Memasang mimik muka yang pas sebagai orang asing. Mencari nada suara yang pas sebagai orang lain. ltulah alasan mengapa setiap kali bertemu kamu, aku lebih banyak memalingkan muka. Aku lebih banyak diam daripada bicara. Karena, setiap kali kamu menatapku, setiap kali kamu membalas ucapanku, aku harus berkali-­kali menekankan kepada hatiku. Aku tidak akan mengulangi jatuh cinta lagi kepadamu. Semuanya sudah berakhir dan tidak akan pernah aku mulai lagi.

Setelah apa yang pernah aku alami. Setelah semua perasaan sakit aku lalui. Aku mengerti, aku memang tidakakan pernah ingin kamu kembali. Meski sejujurnya, di hatiku selain masih ada luka, tetap saja ada cinta. Perasaan yang terlalu susah untuk habis kepadamu. Berkali-kali aku membunuhnya, berkali lipat is tumbuh di dada. Hal yang akhirnya membuatku tidak ingin bertemu kamu lebih sering lagi. Hal yang akhirnya membuat aku memilih menghindari apa saja yang berkaitan dengan kamu. Sebab, saat kamu memilih pergi waktu itu, separuh jiwaku hancur tak menentu. Aku seperti orang gila yang belum sepenuhnya gila. Saat aku sudah mulai mencintai diriku. Sungguh, aku tidak ingin lagi ada kamu. Cukup, lukanya, cukup!



Boy Candra 16/02/2015

Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

No comments:

Post a Comment